Skip to main content

Sedari Kecil

Halo, Haneul di sini.

Pembaca sekalian, Anda pasti pernah memiliki masa kecil. Baik yang bahagia atau kurang bahagia. Sayapun begitu. Jika sudah sebesar ini, senang rasanya mengenang kembali memori-memori yang sempat mampir dan turut ambil bagian dalam masa kecil saya. Waktu bernostalgia adalah salah satu waktu terbaik favorit saya.

Masa kecil juga memberikan kontribusi yang besar pada kehidupan saya dewasa ini. Kebiasaan-kebiasaan yang telah dilakukan sejak bertahun-tahun lalu masih terus melekat pada diri saya. Contohnya saja kebiasaan makan, tidak boleh mulutnya membuka, kalau bahasa jawa namanya kecap (bukan bahan masakan yang itu). Atau kebiasaan duduk, perempuan harus duduk dengan kedua lutut disentuhkan satu sama lain, dan banyak hal lainnya.

Ada satu kebiasaan yang tidak pernah saya lakukan dan itu berakibat fatal pada kehidupan saya sekarang. Kebiasaan itu adalah kebiasaan belajar. Saya tidak pernah menyalahkan kedua orangtua saya ketika saya tidak punya kebiasaan ini. Karena dulu, saya tergolong murid yang cerdas. Selalu urutan 2 atau 3 tertinggi di kelas. Tidak pernah urutan pertama, karena saya jarang belajar. SD dan SMP begitu. Sekolah di sekolah swasta, mungkin persaingannya tidak terlalu tinggi dan hal itu membuat saya kehilangan satu lagi sifat, sifat ambisius.

Saya mengira jika cerdas saja cukup. Orangtua saya membiarkan saya belajar sendiri karena memang itu permintaan saya, dan selama saya 'belajar sendiri', hasilnya juga selalu baik. Saya merasa belajar di malam hari seperti yang teman-teman saya lakukan itu tidak perlu.

Tapi saya salah.

Saya menyadarinya melalui cara yang tidak mengenakkan. Saat SMA. Saya berhasil masuk di SMA terbaik di kota saya. Ternyata cerdas saja tidak cukup. Saya pertama kali mendapat nilai sangat buruk di masa SMA dan itu membuat saya kehilangan banyak semangat. Untungnya, saya ini tidak pernah menyesali sesuatu, kalau bahasa jawanya nrimonan. Jadi saya masih bisa melanjutkan kehidupan SMA saya.

Sulit sekali bagi saya untuk duduk diam di meja belajar saya setiap malam untuk mengerjakan tugas, pekerjaan rumah, mengulang materi, bahkan belajar untuk ujian. Lalu, saya sempat membaca bahwa mungkin saya ini memiliki tipe belajar berbeda dari yang lain. Dan sudah saya coba, hasilnya masih kurang memuaskan. Walau sedikit membuahkan hasil. Lalu saya harus bagaimana kalau sudah begini?

Hal yang coba saya lakukan adalah memperhatikan guru di kelas. Tidak sulit, saya selalu melakukannya asal tidak ada hal yang mengalihkan perhatian saya. Saya pergi ke bimbel sepulang sekolah. Hasilnya cukup lumayan.

Dengan bercerita seperti ini, saya ingin pembaca mengambil hikmah dari pengalaman saya. Karena, saya tidak ingin ada orang yang mengalami ini semua. Cukup saya saja. Anda dan orang-orang kesayangan Anda tidak harus menyadarinya dengan cara yang tidak menyenangkan.

Terimakasih telah membaca tulisan saya. Apakah Anda memiliki pengalaman serupa? Coba ceritakan di kolom komentar. Sampai jumpa di tulisan saya berikutnya.

Sekian.

Comments

Popular posts from this blog

Regret

Never would I have thought That your presence within me was not as fleeting as snow Never would I have guessed That your endless words of love was not as shallow as a puddle In this life, Our beings entangled within a distorted knots And engulfed within a sea of shameless parade I shook your hands that were latching onto mine You trashed your life to let me see the lights on the morrow I ignored your pleas for happiness You served me care and protection That one night I drowned myself in pity and guilt That one moment you smiled with your head in a tilt Yet you slipped away with the frost of dawn Never to look back Never to search for you Never to open your eyes Only thousands of moonless nights later, I realized a fragment of my heart has been taken and gone Together with you as you ascended with strings of sunlight by: bbsty~   Hi friends! This is a poem I composed after reading through a very sad novel and I just decided to write something to not let...

Berbagi Cerita #1

Dear pembaca, Saya ingin bercerita tentang hari ini. Sepertinya blog ini akan saya gunakan untuk menulis diari saya, hahaha. Tapi ini pertama kalinya saya menulis diari. Sebelumnya, saya hampir tidak pernah menulis sesuatu di buku diari. Sebenarnya tidak ada yang spesial di hari ini. Tadi malam saya tidur jam 00.30 pagi. Sepertinya saya lupa waktu saat surfing di internet. Lalu, saya bangun seperti biasa, jam 4.30, ibadah, dan mulai bersiap-siap dari jam 5.30. Bagi saya, itu sudah termasuk sedikit terlambat. Karena, saay biasanya berangkat jam 6 pagi atau paling lambat jam 6.15 pagi. Jadi, saya hanya punya waktu maksimal 45 menit untuk mandi, menyetrika baju, sarapan, sikat gigi, menyiapkan tas, dan tidak lupa sedikit berdandan. Pagi hari saya selalu diisi dengan aktivitas-aktivitas itu. Saya berangkat, hampir terlambat apel pagi. Untungnya, tidak jadi. Lalu saya belajar sampai jam 3.30 sore. Di jam-jam belajar itu, saya hanya merasa sedikit lelah karena tidak mendapat tid...

The Last December

The last December Chilly December   The last December When I started hanging my hopes on the stars   New Hopes The past dreams are starting to rot   The last December Busily studying Writing, excercising, memorizing Lessons, brain, formulas   I'm exhausted   The last December When I made happy memories Laughing happily Smiling brightly   My scars are deepening   The last December When there shouldn't be an inch of sadness The last December of my youth The last winter The last rain   The last time feeling blissful yet sorrowful Unready to say goodbye